Sunday, October 21, 2018

Menu Sarapan di Bandung

Ilustrasi sarapan


Salah satu kegiatan yang hampir setiap kita lakukan adalah makan pagi atau sarapan. Nah, saat tinggal di kota Bandung ada beberapa menu yang biasa saya jadikan sebagai menu sarapan. Menu-menu ini biasa saya beli yang deket-deket rumah kos atau kantor. Kecuali ketika hari Minggu atau libur kerja, terkadang sarapannya sambil jalan-jalan keliling kota Bandung.

Inilah menu sarapan saya ketika masih tinggal di kota Bandung:



1. Nasi Kuning
Nasi kuning (Photo: Qraved)
Nasi kuning mudah ditemui di Bandung karena hampir ditiap kampung psti ada penjual nasi kuning. Komposisinya biasanya terdiri dari nasi kuning, irisan telur dadar, kacang kedelai goreng, dan sambal. Dibeberapa tempat ada juga yang menggunakan abon sapi bahkan daging ayam, empal atau bahkan rendang sampai jengkol. Karena sebenarnya nasi kuning bisa saja dikombinasikan dengan beragam lauk sesuai selera kita.

Saya biasa beli yang didekat rumah kos karena pertimbangan efisiensi waktu selain karena faktor harga yang lebih murah. Waktu itu hanya sekitar empat ribu rupiah satu porsi biasa dengan lauk telur dadar saja. Kalau pakai telur bulat jadi enam ribu. Komplit sepuluh ribu rupiah (pakai ayam goreng).

2. Lontong Kari
Lontong Kari (Foto: Indonesia Kaya)
Lontong kari adalah makanan khas Bandung dengan komposisi lontong yang disiram dengan kuah kari. Kari yang biasa saya temui biasanya berbahan dasar daging sapi atau ayam. Ada juga yang pakai daging kambing tapi saya belum pernah makan karena saya termasuk sensitif terhadap daging kambing. Tapi kata temen sih mirip gulai kambing... Dan memang sebenarnya kari di Bandung agak mirip-mirip rasanya dengan gulai.

Pertama makan lontong kari pertama kali justru waktu di stasiun Kiara Condong karena kelaparan sepulang mudik. Kebetulan waktu itu yang ada karinya berbahan daging sapi meskipun lebih banyak tethelan atau lemaknya dibandingkan dagingnya. Tapi lumayanlah buat ganjel perut yang lapar...

3. Kupat Tahu
Kupat Tahu (Foto: Detik Travel)
Dulu sebelum mencicipi kupat tahu khas Bandung, bayangan saya tentang kupat tahu itu seperti kupat tahu Magelang yang berkuah. Tetapi setelah di Bandung, bayangan saya tentang kupat tahu berkuah itu harus saya buang jauh-jauh karena di Bandung kupat tahunya menggunakan saus kacang!

Agak kaget juga waktu makan pertama kali. Faktor lidah kali ya. Enak, tetapi agak gimana. Beda ekspetasi dengan realita. Tapi semua itu terlupakan setelah sering sarapan kupat tahu. jadinya cuma enak dan enak saja tahunya.

Komposisinya sederhana juga. Hanya kupat, tauge, tahu goreng, kedelai goreng lalu disiram saus kacang dan bawang goreng ditambah kerupuk. Didekat kos malah ada pilihan tambahan telor ceplok.

4. Bubur Ayam
Bubur ayam (Foto: Merdeka.com)
Ini menu favorit saya. Bubur ayam. Enggak kenyang kenyang amat tapi bisa bikin fresh pikiran buat kerja. Di Bandung banyak bertebaran penjual bubur ayam seperti penjual nasi kuning. Menurut saya yang bikin beda dengan bubur yang sering saya makan di tempat kelahiran saya adalah teksturnya dan kuahnya.

Soal tekstur, ada bubur ayam yang jika di balik mangkoknya, bubur yang didalamnya tidak langsung tumpah dan itu justru menjadi ciri khasnya.

Ada juga bubur ayam Tasik yang sedikit berbeda komposisi racikan dan rasanya tapi sama enaknya. Pokoknya mantap lah. Oya, bubur yam ini terkadang juga saya konsumsi malam hari sehabis pulang main atau lembur kerjaan.

Menu sarapan saat libur

Nah, empat menu yang saya sebutin diatas adalah menu sehari-hari saya. Bisa dibilang hampir setiap hari pasti saya jadikan menu sarapan. Bagaimana dengan menu sarapan hari libur?

Saya yakin menu ini sudah akrab dengan anak kos, yaitu mie instant plus telur. Kalau sempet ya masak sendiri, kalau males tinggal ke warung kopi. Menu lainnya adalah Soto Ayam. Iya, Soto Ayam. Gak tahu kenapa, saya selalu merindukan soto ayam. Mungkin karena lidah Jawa ini seperti tidak bisa lepas dari yang namanya Soto Ayam. Kalau ini saya harus keluar dari kandang karena waktu itu yang jual sato ayam agak jauh dari kos-kosan.

Lainnya lagi, karena saya bekerja di hotel, kadang-kadang saya ngeluyur ke hotel berbintang di jalan Dago, Cihampelas atau Pasteur buat nyicip atau bahasa Jawanya food testing. Hehehe..



*

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...