noeenoe.blogspot.com |
Dimasa awal kedatangan saya di Bandung, inilah jalan yang pertama kali dikenalkan oleh beberapa teman selain memang saya sendiri yang penasaran kenapa jalan Braga sangat identik dengan kota Bandung.
Sepulang kerja, saya diajak maen oleh beberapa teman ke jalan Braga ini untuk main biliar. Sekedar untuk melepas penat yang kebetulan juga itu adalah hobi saya. Maka masuklah kita ke salah satu sudut gedung yang menyediakan tempat main biliar.
Ternyata... ini bukan jenis tempat biliar seperti yang sering saya gunakan di Jogja. Disini Score girlnya "atraktif". Sehingga justru membuatku gak fokus ke permainan karena banyaknya "pemandangan" yang menggoda iman.Walhasil main satu game aja makan waktu sampe 15 menitan. Main bola sembilan yang biasanya gak sampe 10 menit, ini 15 menit lebih baru kelar...
Cuma sebentar di tempat biliar, kami keluar menuju The Kiosk. Semacam Food Corner di area mall Braga City Walk. Banyak juga pilihan kulinernya. Mulai dari makanan khas Sunda hingga Jawa. Aku makan iga
bakar sama teh panas. Enak. Bandung emang gudangnya makanan enak. Apalagi tahunya. Beda ama yang ada di Jogja. Teksturnya lembut dan gurih. Apalagi kalo dicocol ke sambel kecap. Mak Nyuss!
Setelah dari kenyang, kita pindah ke sebuah bar. Yah, sama aja ternyata. Di bar itu ada meja biliar juga dimana waitressnya merangkap jadi score girl yang roknya sama tingginya dengan p*****. Untungnya temen-temenku kali ini gak maksain main biliar. Kita cuma nge-bir aja sambil ngobrol soal wisata Bandung.
Dulu, Bandung gak seramai ini. Memang banyak pengunjung, terutama dari Jakarta cuma gak semacet sekarang. Itu terjadi semenjak ada jalan tol Cipularang, objek wisata Bandung semakin ramai dan jalanan semakin macet. Apalagi kalau weekend. Jumat malam hingga Minggu sore adalah jam padat kota Bandung. Serasa orang Jakarta pindah ke Bandung.
Setelah makanan turun dan badan terasa hangat dengan beberapa gelas bir, perjalanan berlanjut. Kali ini ke tempat karaoke. Mampus aku!
Sesuai prediksi. Karaoke yang dituju adalah karaoke yang bikin jakun naik turun. Hadeh... Tapi untunglah temen-temenku ini tidak memaksa untuk berbuat yang aneh-aneh meskipun tetep aja ngerjain dengan mendatangkan PL. Ampun dah...
Akhirnya "ospek" ini berakhir juga. Jam 2 pagi kami pulang ke kosan masing-masing. Wajah puas terpampang jelas dimuka temen-temenku.
------
Beberapa hari kemudian aku baru dikasih tahu tentang jalan Braga yang "benernya". Jalan Braga ini dulunya adalah pusat bisnis pada era kolonial Belanda. Di situ banyak berdiri toko-toko dan kantor yang terhitung strategis pada masa itu karena menghubungkan antara pasar, pusat keramaian (alun-alun) dengan pusat pemerintahan.
Sebelum jalan Cihamapelas terkenal sebagai sentra jeans atau Dago dengan FO dan Distronya, Braga adalah tujuan wisata utama pada era 80-an dan awal 90-an hingga kemudian booming jeans yang membuat jalan Cihampelas menjadi terkenal.
Hingga kemudian ada acara Braga Festival yang diadakan rutin oleh Pemkot Bandung. Saya suka dengan konsepnya yang membuat jalan Braga hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki. Pengennya seperti itu terus setiap hari... Bukan festivalnya, tapi dijadikan kawasan pedestrian yang bebas kendaraan bermotor. Tentu saja itu bukan hal yang mudah karena harus menata ulang jalur lalu lintas, padahal Bandung sudah mulai mirip Jakarta. Macetnya...
Denger-denger walikota sudah ganti dengan yang lebih muda dan lebih visioner. Terakhir, jalan Kepatihan sudah dibuat rapi oleh beliau. Padahal dulu macetnya minta ampun. Penuh dengan pedagang kaki lima. sampai mau jalan aja susah, rebutan ama motor dan mobil. Semoga Bandung semakin rapi, bersih dan nyaman. Aamiin.
No comments:
Post a Comment